Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Maaf Tuhan, Aku Belum Pandai Membaca Tanda-tanda

Gambar
Tangisku meledak, ketika seorang teman mendekatiku setelah beberapa lama meneteskan air mata. Tepat di hari Kamis tanggal 12 November 2019, aku dan sembilan belas orang teman sejurusanku melaksanakan satu tahapan untuk meraih gelar sarjana. SEMPRO atau Seminar Proposal. Namun, fakultas kami lebih mengenalnya dengan UP (Usulan Proposal). Pasalnya, proposal yang diajukan dilakukan di ruang tertutup dan tak lekang oleh waktu. Bisa saja, jadwal hari itu berubah menjadi hari berikutnya atau bahkan lusa. Karena melihat padatnya jadwal dosen, tidak ada penawaran, mahasiswa yang harus menyesuaikan.  Hari sebelumnya aku hanya sempat membaca-baca sedikit, meminta doa kepada orang tua, guru-guru, serta orang-orang terdekat agar aku diberikan yang terbaik. Jujur saja, aku selalu memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi nanti.  Esoknya, aku sudah datang sebelum waktu yang ditentukan. Semangat, tentu. Dengan segala kepasrahan, aku hanya perlu memahami apa yang aku tulis. Berdoa

Kuasa-Mu

Gambar
Perjalanan menuju kenduri sang uwa, yang tak kukenal, sebab jarak tak pernah mengundang temu. Tepatnya, di daerah Cinangka, Serang. Untuk pertama kalinya, kunikmati perjalanan melewati TKP pasca Tsunami Selat Sunda. Segenap  keluarga yang terdiri dari 2 uwa, 1 bibi, 2 sepupu, dan ibu serta aku memenuhi mobil itu. Semua penumpang mengatakan, "tingali ka kenca, tah, urut tsunami", sepupu sekaligus menjadi sopir saat itu mengatakan, "bisi baturan aya nu nanya, di mana, terus kumaha kondisi na, tah". Seperti yang dikatakan, pemandangan pesisir pantai meninggalkan bongkahan-bongkahan kayu karna hancurnya bangunan diterpa ombak yang dikendalikan olehNya. Sepupu yang duduk di sampingku berbisik, "aneh gak si, di situ utuh, tapi di sini seberang jalan juga kena, ada yang ga kena sama sekali padahal deket banget sama bibir pantai". Memang, sebelum pulang banyak orang yang mengatakan bahwa tidak semua wilayah terkena tsunami,  seperti dipilih-pilih.  Saat ini,

Pastikan Perjalanan Udaramu Tak Sendeso Saya

Gambar
Malam syahdu mengantarkan kepergian saya menuju Bandara Soekarno Hatta, Tangerang Selatan. Dengan berbekal koper pinjaman, saya siap untuk take off dengan harapan selamat sampai tujuan. Tuhan selalu baik, kali ini Dia memberikan saya kesempatan untuk menginjakkan kaki di Pulau yang dikagumi banyak orang. Setiap titiknya adalah spot foto yang bisa dijadikan story di instagram. Terima kasih sudah berusaha menebak. Iya, Lombok. Sekitar 2 tahun yang lalu saya berhasil mengabadikan setiap momen yang kemudian saya simpan di galeri handphone. Meski sempat hilang, namun rupanya sudah kembali berkat google photos . Seperti kebanyakan orang, saya harus melewati pintu check in . Saya rasa, barang bawaan saya tak seekstrim yang dipikirkan netizen . Jadi pasti lulus sensor dong ya. Hehe. Karena ini pertama kalinya, saya merasa gugup. Sampai saya bertemu seorang petugas yang tinggi dan nampaknya tampan. Ia menyodorkan stiker, bentuknya panjang seraya berkata " zipper ". Langsung saya

Karenanya, kendalikan jarimu

Zaman sudah canggih, dan katanya akan memasuki revolusi industri 4.0. Sudahkah dimanfaatkan dengan baik? Media sosial merupakan momok yang tak lagi tabu di telinga setiap orang. Apalagi para milenial yang menjadikan medsos sebagai sesuatu yang sakral untuk dilewatkan. Tanpa smartphone dalam genggaman, dunia terasa hampa bak lampu tanpa cahaya. Rasanya, kurang afdhal jika belum membagikan "kehidupanku" di linimasa instagram, facebook, twitter atau whatsapp story. Begitulah kira-kira pemandangan yang terlihat saat ini. Tidak sedikit apa yang kita bagikan memancing para netizen untuk berkomentar. Sebagai pengguna sekaligus penikmat kehidupan orang lain, terkadang kita memiliki perasaan ke-aku-an dan campur tangan. Apalagi jika itu akun-akun lambe yg menyoroti kehidupan selebritas yang banyak mengundang kontroversi. Atau akun-akun hijrah yang notabene menggambarkan fanatisme suatu mazhab. Jika dilihat dari sisi positif tentu banyak sekali. Selain bisa mempertemukan teman

Ibu bangga padamu, nak!

Waktu menunjukkan pukul 4.30, lagi-lagi tidur saya berlebihan. Seharusnya pukul 4.00 saya berangkat untuk kursus Bahasa Inggris yang merupakan salah satu fasilitas yang diberikan pihak kampus kepada mahasiswanya. Kemudian izin keluar lebih dulu karena akan rapat KKN pukul 5.30 dilanjut dengan bukber di salah satu tempat makan yang lumayan terkenal. Perasaan saya agak kalut saat itu, karena ada beberapa hal yang terjadi di luar kendali pikiran dan perasaan saya. Ditambah saya sedikit menyesal karena terlambat bangun. Tidak ingin kehilangan kedua agenda yang sudah terencana. Akhirnya saya bersiap untuk pergi bertemu rekan-rekan KKN tepat pukul 5. Ternyata arus lalu lintas cukup padat merayap. Macet, dan saya menikmatinya. Itung-itung ngabuburit, sampai sana tinggal berbuka hehe. Entah kenapa, berjalan sendirian dan menikmati perjalanan it’s really me . Terkadang saking menikmatinya, saya tidak ingin turun. Di tengah perjalanan, adzan maghrib berkumandang. Tanpa berbekal apapun, s