Menulis, Sebuah Seni Memahami Diri Sendiri

Sebagian orang kiranya pernah berkunjung ke salah satu situs blogger yang satu ini. Terakhir, readers tertinggi mencapai 60 orang (secara berangsur-angsur) pada tulisan perdana. 
Tulisan terakhir (sebuah gubahan), hanya stuck di tiga orang pembaca. 

Saya tidak mungkin menilai orang-orang dengan asumsi bahwa mereka memiliki selera baca yang rendah. Saya paham betul bagaimana kualitas tulisan saya, punya value apa, dan seberapa menarik untuk dibaca. 

Kadang, saya tidak peduli dengan jumlah orang yang membaca tulisan saya. Tapi, ada keadaan di mana saya merasa bahwa orang lain perlu membaca ini. Dengan harapan, akan meninggalkan sebuah agreement, kritik atau masukan pada tulisan saya. Dari situ saya bisa belajar lebih banyak lagi. 

Kedengarannya terlalu egois ternyata. Akhirnya, saya mencoba untuk menepis perasaan itu sedikit demi sedikit. Hingga saya mencapai batas kesadaran bahwa tidak semua khalayak harus mengambil waktu barang tiga sampai empat menit untuk membaca tulisan saya. 

Prinsip penulis bukan hanya itu. Sebab, menulis adalah sebuah seni memahami diri sendiri. Bagaimana tulisan bisa selesai, konten apa yang disajikan, dan selera apa yang dipakai, serta penyampaiannya seperti apa. Tentu menggambarkan pribadi penulisnya.

Tugas penulis, hanya perlu menulis.
Perihal orang akan membaca, menyukai, membagikan, mengkritik, atau berkomentar baiknya mulai dikesampingkan. Pikiran semacam itu justru hanya akan menjadikan penulis tidak berdikari kan?


Selamat berkarya tanpa batas dan bebas hambatan. 🤸✌️

Salam untuk para buruh, Allah tidak pernah tidur 🌷❤️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pastikan Perjalanan Udaramu Tak Sendeso Saya

Terimakasih Tuhan

Lulus Bukan Hanya Perihal Keinginan, Tapi Juga Tanggung Jawab